Senin, 27 Mei 2013

1.        SLB E – TUNALARAS
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar. Jadi anak dimaksud disini adalah anak yang mengalami hambatan/kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial, bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang berlaku dan dalam kehidupan sehari-hari sering disebut anak nakal sehingga dapat meresahkan/ mengganggu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pendidikan SLB E ini diadakan untuk anak yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan. Pendidikan ini ada baiknya dimulai sejak umur 6-18 tahun. Anak tunalaras biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut:gangguan emosi dan gangguan sosial, seperti berbohong, menipu, mencuri, rasa rendah diri berlebihan seperti sering minta maaf, takut tampil dimuka umum, dan takut berbicara,merendahkan harga diri seperti bernada murung, cepat tersinggung, dan melakukan kejahatan.

A.       Karakteristik Akademik
Kelainan perilaku akan mengakibatkan adanya penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibat penyesuaian yang buruk tersebut maka dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut.
1.        Pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata.
2.        Sering kali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk tindakan discipliner.
3.        Sering kali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya.
4.        Sering kali membolos sekolah.
5.        Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat.
6.        Anggota keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari petugas kesehatan atau bagian absensi.
7.        Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi.
8.        Lebih sering menjalani masa percobaan dari yang berwewenang.
9.        Lebih sering melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran tanda-tanda lalu lintas.
10.    Lebih sering dikirim ke klinik bimbingan.

B.       Pendidikan
1.        Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan di sekolah reguler. Jika diantara murid di sekolah tersebut ada anak yang menunjukan gejala kenakalan ringan segera para pembimbing memperbaiki mereka. Mereka masih tinggal bersama-sama kawannya di kelas, hanya mereka mendapat perhatian dan layanan khusus.
2.        Kelas khusus apabila anak tunalaras perlu belajar terpisah dari teman pada satu kelas. Kemudian gejala-gejala kelainan baik emosinya maupun kelainan tingkah lakunya dipelajari. Diagnosa itu diperlukan sebagai dasar penyembuhan. Kelas khusus itu ada pada tiap sekolah dan masih merupakan bagian dari sekolah yang bersangkutan. Kelas khusus itu dipegang oleh seorang pendidik yang berlatar belakang PLB dan atau Bimbingan dan Penyuluhan atau oleh seorang guru yang cakap membimbing anak.
3.        Sekolah Luar Biasa bagian Tunalaras tanpa asrama Bagi Anak Tunalaras yang perlu dipisah belajarnya dengan kata kawan yang lain karena kenakalannya cukup berat atau merugikan kawan sebayanya.
4.        Sekolah dengan asrama. Bagi mereka yang kenakalannya berat, sehingga harus terpisah dengan kawan maupun dengan orangtuanya, maka mereka dikirim ke asrama. Hal ini juga dimaksudkan agar anak secara kontinyu dapat terus dibimbing dan dibina. Adanya asrama adalah untuk keperluan penyuluhan.

C.       Kebutuhan Pendidikan Anak Tunalaras
Sesuai dengan karakteristik anak tunalaras yang telah dikemukakan maka kebutuhan pendidikan anak tunalaras diharapkan dapat mengatasi problem perilaku anak tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1.        Berusaha mengatasi semua masalah perilaku akibat kelainannya dengan menyesuaikan lingkungan belajar maupun proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak tunalaras.
2.        Berusaha mengembangkan kemampuan fisik sebaik-baiknya, mengembangkan bakat dan kemampuan intelektualnya.
3.        Memberi keterampilan khusus untuk bekal hidupnya.
4.        Memberi kesempatan sebaik-baiknya agar anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan atau terhadap norma-norma hidup di masyarakat.
5.        Memberi rasa aman, agar mereka memiliki rasa percaya diri dan mereka merasa tidak tersia-siakan oleh lingkungan sekitarnya.
6.        Menciptakan suasana yang tidak menambah rasa rendah diri, rasa bersalah bagi anak tunalaras. Untuk itu, guru perlu memberi penghargaan atas prestasi yang mereka tampilkan sehingga mereka merasa diterima oleh lingkungannya.

D.       Desain Belajar
Di dalam SLB E ini, gaya penataan kelas yang dipakai adalah gaya klaster, dimana beberapa individu membentuk sebuah kelompok kecil, dan kemudian masing-masing kelompok dipegang oleh pendamping. Untuk hal lain yang berhubungan dengan karakteristik atau pola pembelajaran di SLB E ini adalah:
1.        Sistem Pengajaran
a.         Sistem pengajaran yang bersifat penyuluhan (remedial teaching). Tujuan pengajaran ini adalah membantu murid dalam kesulitan belajar.
b.        Sistem pengajaran klasikal.

2.        Program Bimbingan penyuluhan
a.       Program bimbingan penyuluhan suasana hidup beragama di asrama
b.      Program keterampilan
c.       Program belajar di sekolah regular
d.      Program bimbingan kesenian
e.       Program kembali ke orang tua
f.       Program kembali ke masyarakat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar