1.
SLB E – TUNALARAS
Tunalaras adalah
individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan
karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar. Jadi anak dimaksud disini adalah anak yang mengalami
hambatan/kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial,
bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang berlaku dan dalam kehidupan
sehari-hari sering disebut anak nakal sehingga dapat meresahkan/ mengganggu
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pendidikan SLB E
ini diadakan untuk anak yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri atau pernah
melakukan kejahatan. Pendidikan ini ada baiknya dimulai sejak umur 6-18 tahun. Anak
tunalaras biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut:gangguan emosi dan
gangguan sosial, seperti berbohong, menipu, mencuri, rasa rendah diri
berlebihan seperti sering minta maaf, takut tampil dimuka umum, dan takut
berbicara,merendahkan harga diri seperti bernada murung, cepat tersinggung, dan
melakukan kejahatan.
A.
Karakteristik
Akademik
Kelainan perilaku akan
mengakibatkan adanya penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibat
penyesuaian yang buruk tersebut maka dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri
sebagai berikut.
1.
Pencapaian
hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata.
2.
Sering
kali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk tindakan
discipliner.
3.
Sering
kali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya.
4.
Sering
kali membolos sekolah.
5.
Lebih
sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat.
6.
Anggota
keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari petugas kesehatan
atau bagian absensi.
7.
Orang
yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi.
8.
Lebih
sering menjalani masa percobaan dari yang berwewenang.
9.
Lebih
sering melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran tanda-tanda lalu lintas.
10.
Lebih
sering dikirim ke klinik bimbingan.
B.
Pendidikan
1.
Penyelenggaraan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah reguler. Jika diantara murid di sekolah
tersebut ada anak yang menunjukan gejala kenakalan ringan segera para
pembimbing memperbaiki mereka. Mereka masih tinggal bersama-sama kawannya di
kelas, hanya mereka mendapat perhatian dan layanan khusus.
2.
Kelas
khusus apabila anak tunalaras perlu belajar terpisah dari teman pada satu
kelas. Kemudian gejala-gejala kelainan baik emosinya maupun kelainan tingkah
lakunya dipelajari. Diagnosa itu diperlukan sebagai dasar penyembuhan. Kelas
khusus itu ada pada tiap sekolah dan masih merupakan bagian dari sekolah yang
bersangkutan. Kelas khusus itu dipegang oleh seorang pendidik yang berlatar
belakang PLB dan atau Bimbingan dan Penyuluhan atau oleh seorang guru yang
cakap membimbing anak.
3.
Sekolah
Luar Biasa bagian Tunalaras tanpa asrama Bagi Anak Tunalaras yang perlu dipisah
belajarnya dengan kata kawan yang lain karena kenakalannya cukup berat atau
merugikan kawan sebayanya.
4.
Sekolah
dengan asrama. Bagi mereka yang kenakalannya berat, sehingga harus terpisah
dengan kawan maupun dengan orangtuanya, maka mereka dikirim ke asrama. Hal ini
juga dimaksudkan agar anak secara kontinyu dapat terus dibimbing dan dibina.
Adanya asrama adalah untuk keperluan penyuluhan.
C.
Kebutuhan
Pendidikan Anak Tunalaras
Sesuai dengan
karakteristik anak tunalaras yang telah dikemukakan maka kebutuhan pendidikan
anak tunalaras diharapkan dapat mengatasi problem perilaku anak tersebut. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1.
Berusaha
mengatasi semua masalah perilaku akibat kelainannya dengan menyesuaikan
lingkungan belajar maupun proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak
tunalaras.
2.
Berusaha
mengembangkan kemampuan fisik sebaik-baiknya, mengembangkan bakat dan kemampuan
intelektualnya.
3.
Memberi
keterampilan khusus untuk bekal hidupnya.
4.
Memberi
kesempatan sebaik-baiknya agar anak dapat menyesuaikan diri dengan baik
terhadap lingkungan atau terhadap norma-norma hidup di masyarakat.
5.
Memberi
rasa aman, agar mereka memiliki rasa percaya diri dan mereka merasa tidak
tersia-siakan oleh lingkungan sekitarnya.
6.
Menciptakan
suasana yang tidak menambah rasa rendah diri, rasa bersalah bagi anak
tunalaras. Untuk itu, guru perlu memberi penghargaan atas prestasi yang mereka
tampilkan sehingga mereka merasa diterima oleh lingkungannya.
D.
Desain
Belajar
Di dalam SLB E ini,
gaya penataan kelas yang dipakai adalah gaya klaster, dimana beberapa individu
membentuk sebuah kelompok kecil, dan kemudian masing-masing kelompok dipegang
oleh pendamping. Untuk hal lain yang berhubungan dengan karakteristik atau pola
pembelajaran di SLB E ini adalah:
1.
Sistem
Pengajaran
a.
Sistem
pengajaran yang bersifat penyuluhan (remedial teaching). Tujuan pengajaran ini
adalah membantu murid dalam kesulitan belajar.
b.
Sistem
pengajaran klasikal.
2.
Program
Bimbingan penyuluhan
a.
Program
bimbingan penyuluhan suasana hidup beragama di asrama
b.
Program
keterampilan
c.
Program
belajar di sekolah regular
d.
Program
bimbingan kesenian
e.
Program
kembali ke orang tua
f.
Program
kembali ke masyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar