Minggu, 27 Oktober 2013

Revisi Tugas Konsep Kelompok Kreativitas

Nama anggota :
Netova Sibuea
Hagar Larencia
Nirmay Afni
Hillary Pakpahan
 
 
PSYLAMPTIVE
 

Saat ini tidak jarang lagi kalau di kota Medan terjadi pemadaman listrik. Dalam pembuatan produk ini ( Emergency lamp with Batt), kami terinspirasi dari teman kami. Dia adalah seorang anak kost dimana peraturan di kost mereka, tidak diperbolehkan menyalakan lilin apabila listrik padam, karena ibu kostnya takut kebakaran. Padahal, teman kami takut dengan kegelapan pada saat ingin tidur. Maka, untuk menghilangkan rasa takutnya dia hanya ditemani oleh lampu dari handphonenya. Padahal, lampu handphone itu tidak bisa hidup lama.

 

Kasus teman kami di atas sesuai dengan teori Problem Based Learning, dimana Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan masalah untuk memicu pembelajaran, sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Tim PDPT UI, 2005; Widjayakusumah, 2005).

Dari kasus teman kami di atas, kami mencoba mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berupa hal – hal apa yang harus kami lakukan untuk menciptakan hasil kreativitas dalam membantu teman kami tersebut. Kami mencoba untuk melakukan proses kreativitas berdasarkan teori Wallas ( Munandar, hal 39 ) dimana prosesnya berupa persiapan, inkubasi, iluminasi, verifikasi.

 

Awalnya kami melakukan persiapan, kemudian kami melakukan tahapan inkubasi, kami mencoba mengalihkan masalah yang ada dengan melakukan aktivitas yang lain ( main fb, makan, dll ), dari peralihan itu kemudian kami mendapatkan sebuah “Insight ” yaitu berupa konsep – konsep sehingga muncullah ide untuk membuatEmergency Lamp With Batt dengan nama Psylamptiv dan tahap akhir adalah Verifikasi yaitu kami menguji ide – ide yang kami dapatkan apakah ide kami itu dapat dibuat menjadi sebuah objek yang dapat dilihat dan dirasakan manfaatnya secara realita.

        Sesuai dengan teori yang disampaikan Selo Soemardjan dimana kemampuan kreativitas individu adalah suatu hal yang tidak bisa lepas dari pengaruh masyarakat yang mengelilinginya. Nah, disini kita bisa melihat ibu kost teman kami yang tidak memberikan izin menyalakan lilin ketika listrik padam adalah peran masyarakat yang secara tidak langsung ibu kost teman kami sudah memberikan insight kepada kami untuk membuat Emergency Lamp With Batt ini.

 

        Dari penjelasan kami diatas, kami telah melakukan dua dari pendekatan 4P yaitu person dan press.

 

        Person dalam hal ini adalah ketika kami dalam kelompok memang memiliki keinginan tersendiri untuk menolong teman kami dan kami yakin kami mampu untuk membuat Emergency Lamp With Batt tersebut. Yang menjadi pressnya adalah dosen pengampu yang memberikan tugas ini kepada kami. Yang menjadi prosesnya dapat dilihat sebagai berikut :

 

        Emergency Lamp With Batt ini kami buat dengan menggunakan energi baterai agar tidak perlu menggunakan listrik. Lampu ini terbuat dari kawat-kawat yang dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan yang diharapkan. Kelompok kami membuatnya dalam bentuk tabung. Kemudian setelah kawat dibentuk tabung, kami melapisi atau menutupinya dengan fiber. Setelah itu, kepala sendok akan ditempel di sekeliling fiber dengan beberapa celah disekitarnya (tidak tertutup semua ). Lampu ini dihiasi dengan kepala sendok karena akan membuatnya menjadi unik dan berbeda dengan lampu lainnya. Kemudia bohlamnya akan diletakkan di dalam atau tepat di tengah kawat-kawat tersebut. Lampu ini pun dapat dibuat sendiri karena cara pengerjaannya yang relatif mudah. Alat dan bahannya pun mudah didapatkan.

 

        Dalam mempresentasikan produk ini, kami menggunakan konsep talkshow dan gambaran pembuatan produk ini akan ditampilkan dalam sebuah slide video yang diiringi lagu yang dinyanyikan sendiri oleh kelompok kami. Lagu yang digunakan adalah “Aku Pasti Bisa” by Citra Scholastika.

 

Alat dan Bahan

 

Kawat Tipis dan kawat tebal

Lem tembak

Tang

Bohlam ( bebas warna )

Lakban

Fiber

Baterai

Kabel

Rumah baterai

Piloks ( bebas warna )

Sendok Plastik

Dan yang menjadi Produknya adalah ....................................... ( to be continued

Minggu, 20 Oktober 2013

Ciri Anak Under Achiever

KOMPAS.com - Anak underachiever ada di setiap kelas dan berada dalam banyak keluarga. Mereka menyia-nyiakan sumber pendidikan, mencobai kesabaran para guru, dan memanipulasi keluarga mereka untuk melakukan yang mereka inginkan. Seperti apa ciri mereka?
Mereka memiliki kemampuan belajar yang kurang baik dan menganggap dirinya telah belajar jika telah membaca bahan pelajaran secara sekilas.
-- Sylvia Rimm,
Dr Sylvia Rimm, psikolog dan penulis buku best seller "See Jane Win" menuturkan, anak yang underachieve atau seorang underachiever, kemungkinan adalah anak yang kreatif, sangat verbal dan berkemampuan matematis yang sangat tinggi. Meskipun begitu, dengan bakat dimilikinya, anak yang tergolong underachiever tidak sesukses anak-anak lain di sekolahnya. Underachievement dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan atau kegagalan untuk menampilkan tingkah laku atau prestasi sesuai dengan usia atau bakat yang dimiliki anak atau dengan kata lain, potensi yang tidak terpenuhi (unfulfilled potentials). Namun demikian, underachievers tidak tergolong ke dalam satu golongan atau memiliki karakteristik yang sama. Underachievement muncul dalam bentuk yang luas dan beragam. Profesor di Case Western Reserve University School of Medicine, Amerika Serikat. menyatakan, underachievers cenderung untuk tidak teratur dan terorganisir. Mereka memiliki kemampuan belajar yang kurang baik. Mereka menganggap diri mereka telah belajar jika mereka telah membaca bahan pelajaran secara sekilas. Direktur di Family Achievement Clinic at the Cleveland Clinic in Cleveland, Ohio, AS, ini menambahkan, beberapa di antara underachievers lambat dalam mengerjakan tugas dan perfeksionis. Atau sebaliknya, ada underachiever yang sangat cepat dalam mengerjakan tugas-tugasnya, tapi mereka tidak peduli dengan kualitas tugas yang dikerjakannya itu. Beberapa underachievers adalah penyendiri dan menarik diri dari keramaian. Mereka tampak tidak menginginkan teman. Bahkan mungkin, underachievers lainnya terlihat angkuh dan mudah marah, agresif, dan terkadang memulai perkelahian ketika mereka masih berada di taman kanak-kanak.Jika underachievers menunjukkan minat terhadap sekolah maka hal tersebut berkaitan dengan kehidupan sosial ataupun olahraga. Mereka akan memilih satu mata pelajaran yang disuka atau yang diajar oleh guru yang mereka sukai. Underachievers yang kreatif mungkin memiliki banyak ide tapi jarang sekali merealisasikan ide mereka menjadi kenyataan. Mereka jarang menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka mulai. ManipulasiHampir semua underachievers bersifat manipulatif terhadap lingkungannya. Secara terselubung, mereka dapat memanipulasi orangtua mereka untuk mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Bahkan, mereka bisa "mengadali" gurunya untuk lebih membantu mereka atau memberikan tugas-tugas yang tidak terlalu menantang. Bagi anak underachiever, sekolah adalah hal paling membosankan atau tidak relevan. Jika prestasi mereka tidak baik, mereka menyalahkan guru mereka yang payah dalam mengajar.Pun, kadangkala mereka kadangkala mengklaim, bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan hasil atau prestasi yang lebih baik dan tidak yakin apakah mereka akan berhasil jika mereka bekerja lebih keras dari sekarang. Rimm juga menyatakan, underachiever tidak dapat membangun kepercayaan diri yang kuat karena mereka tidak memahami inti dari bekerja keras. Menurutnya, kepercayaan diri dapat dibangun dengan menerima dan menaklukan setiap tantangan. Dan dari pencapaian yang aktual, seorang anak dapat membangun kepercayaan diri yang kuat. Toh, underachiever kerap menolak diri mereka sendiri terhadap kesempatan untuk membangun kepercayaan diri yang kuat karena mereka tidak mengalami hubungan antara proses dan hasil, antara usaha dan pencapaian. Jika siklus underachieve ini terus berlanjut, anak akan terus mengalami perasaan semakin tidak mampu. Ketakutan terhadap kegagalan meningkat, dan sense of efficacy mereka menurun.Sumber: www.episentrum.com & www.wholefamily.com

TUGAS KREATIVITAS


Nama Kelompok :

 

- Netova Sibuea ( 12-058)

- Hagar Larencia ( 12-066)

- Hillary Pakpahan (12-097)

- Nirmay Afni (12-101)

 

PSYLAMPTIVE

 

Latar Belakang

 

Saat ini tidak jarang lagi kalau di kota Medan terjadi pemadaman listrik. Dalam pembuatan produk ini ( Emergency lamp with Batt ) , kami terinspirasi dari teman kami. Dia adalah seorang anak kost dimana peraturan di kost mereka, tidak diperbolehkan menyalakan lilin apabila listrik padam karena ibu kostnya takut kebakaran. Padahal, teman kami takut dengan kegelapan pada saat ingin tidur. Maka, untuk menghilangkan rasa takutnya dia hanya ditemani oleh lampu dari handphonenya. Padahal, lampu handphone itu tidak bisa hidup lama.

Emergency lamp ini kami buat dengan menggunakan energi baterai agar tidak perlu menggunakan listrik. Lampu ini terbuat dari kawat-kawat yang dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan yang diharapkan. Kelompok kami membuatnya dalam bentuk tabung. Kemudian setelah kawat dibentuk tabung, kami melapisi atau menutupinya dengan fiber. Setelah itu, kepala sendok akan ditempel di sekeliling fiber dengan beberapa celah disekitarnya ( tidak tertutup semua ). Lampu ini dihiasi dengan kepala sendok agar kelihatan unik dan berbeda dengan lampu lainnya. Dan bohlamnya akan diletakkan di dalam atau tepat di tengah kawat-kawat tersebut.. Lampu ini pun dapat dibuat sendiri karena cara pengerjaannya yang relatif mudah. Alat dan bahannya pun mudah didapatkan.

Dalam mempresentasikan produk ini, kami menggunakan konsep talkshow dan gambaran pembuatan produk ini akan dijadikan video yang diiringi lagu yang dinyanyikan sendiri oleh kelompok kami.

 

 

 

Alat dan Bahan

 

Kawat Tipis dan kawat tebal

Lem tembak

Tang

Bohlam ( bebas warna )

Lakban

Fiber

Baterai

Kabel

Rumah baterai

Piloks ( bebas warna )

 

Sendok Plastik

 

Selasa, 15 Oktober 2013

Peranan Keluarga Dalam Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak


          Bila dilihat melalui banyak aspek, kreativitas memanglah sangat dibutuhkan. Sejak kecil, Bapak saya sudah menekankan kepada saya dan adik-adik saya untuk kreatif dalam hal apapun. Bagi orangtua saya, kreativitas sangat diperlukan karena dengan kreativitas dapat terlihat bagaimana gairah keseharian seseorang. Bagi bapak saya, manusia kreatif adalah orang-orang yang bisa mengerjakan segala hal dengan berwarna dan orang kreatif akan bisa hidup dimana saja karena dia akan tau apa yang mau dia kerjakan.

          Menurut saya, pendapat Bapak saya mengenai kreativitas memang ada benarnya karena sebagai individu kita harus mampu memikirkan apa saja cara-cara baru agar kita bisa bersaing dimasa sekarang ini yang semakin lama memang semakin maju. Sejak dini, kreativitas memang sangat perlu ditanamkan seperti saya, Bapak dan mama saya sudah menanamkan kreativitas kepada saya sejak kecil baik itu melalui pengajaran langsung ataupun dari peniruan saya terhadap hal-hal yang mereka lakukan. Kreativitas juga dapat berfungsi sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Guilford, 1967). Memang benar karena saya sendiri pun merasakannya. Sejak kecil saya diajarkan untuk dapat menyelesaikan masalah saya sendiri apalagi karena posisi saya yang memang sebagai anak pertama. Dulu sewaktu sekolah sering sekali saya melihat hasil pekerjaan rumah teman-teman saya bagus dan saya bingung kenapa punya mereka bagus tetapi sayang tidak (pada waktu itu dalam hal menggambar), ternyata ketika saya menanyakan kepada mereka kenapa bisa bagus tugas mereka dikerjakan oleh orangtuanya. Saya memang terkejut tetapi juga iri karena memang punya saya jelek dan saya mengerjakannya sendiri tanpa dibantu oleh orangtua saya. Sehingga pada saat saya diberkan tugas menggambar lagi saya meminta orangtua saya untuk mengerjakannya. Orangtua saya tidak mau. Lalu saya menangis karena saya berpikir orangtua saya tidak sayang kepada saya karena mereka tidak mau membantu saya menggambar sedangkan teman-teman saya bisa mendapatkan nilai yang bagus dengan orangtua yang mau menggambarkannya. Lalu karena mungkin kasihan akhirnya Bapak saya menjelaskan kepada saya. Dia mengatakan bahwa dia tidak mau mengerjakan tugas saya seluruhnya. Karena itu tugas saya bukan tugas bapak. Kalau nilainya dapat 100, berarti yang mendapat 100 bukan saya tetapi Bapak saya. Menurut Bapak, saya lebih baik mencobanya terlebih dahulu. Akhirnya saya mencobanya dan mengerjakannya sendiri (dengan bantuan bapak sangat sedikit) dengan menirukan gambar yang telah ada. Bapak juga membiarkan saya menggambar kalaupun gambarnya agak tidak teratur dan juga dia membebaskan saya dalam pemberian warna.

          Kreativitas juga sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang. Atau mungkin di dalam sebuah negara, dimana sangat diperluka ide-ide baru dalam pengembangan sebuah kota atau mungkin negara.

          Seperti yang ada pada buku “Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat” dapat dilihat bagaimana ciri-ciri anak Berbakat”. Dalam buku ini disebutkan bahwa anak-anak yang kreatif adalah anka yang selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas dan kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreaif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil risiko, tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oranglain, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan oranglain, orang yang inovatif untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan atau menyimpang dari kebiasaan. Saya pribadi adalah orang yang suka menocoba hal baru dan sangat suka keluar dengan zona nyaman saya dimana saya sendiri diberi kesempatan untuk belajar akan hal baru. Saya memang orang yang suka memberi pendapat, saya sering memberi saran dan kritik atau pun pertanyaan (lebih sering di organisasi). Kenapa saya kurang aktif di dalam kelas kreativitas? Ya, saya akui memang itu semua karena tidak adanya persiapan saya. Tidak mungkin saya berargumen ketika saya saja tidak tahu apa yang sedang dibicarakan. Tetapi bila dibaca lagi mengani kreativitas didalam buku tadi, dikatakan bahwa anak kreatif adalah anak yang ulet dan tekun. Saya belum bisa dikatakan sebagai anak yang tekun dan ulet. Saya masih sering membuang banyak waktu saya daripada memilih tekun di dalam satu hal. Bahkan menurut Treffinger, pribadi yang kreatif adalah pribadi yang biasanya lebih terorganisir dalam tindakan. Saya adalah orang yang kurang terorganisir dan masih belum bisa lebih dari ini. Banyak hal-hal yang saya lakukan dengan buru-buru dengan tidak mengatur dulu strategi apa yang harus saya lakukan dalam melakukan suatu hal.

          Dalam pengembangan kreativitas, ada yang disebut strategi 4P yaitu person, press, proses dan produk. Saya pribadi adalah orang yang memiliki potensi dan dorongan dari lingkungan saya juga sangat banyak. Baik itu dari keluarga, teman, maupun dunia kampus, tetapi saya sering terkendala pada tahap proses dimana seperti saya sudah saya katakan bahwa saya adalah orang yang sering tidak terorganisir dalam melakukan sesuatu. Dalam hal ini, saya sering tidak baik dalam management waktu. Sehingga bisa menghasilkan produk yang memang kurang memuaskan.

          Terkadang saya memang masih bingung mengenai kreativitas, atau sebanrnya apa itu kreativitas karena bagi Bapak saya orang yang kreatif adalah orang yang tau apa yang harus dia kerjakan. Sekarang saya akan berbicara mengenai penelitian yang dilakukan oleh Dacey (1989) dimana penelitian ini dilakukan di Inggris terhadap kehidupan keluarga yang berbeda dari keluarga biasa dalam hal kreativitas. Maka didapatkanlah kesimpulan seperti ini :

  1. Faktor genesis Vs Lingkungan.
  2. Aturan Perilaku
  3. Tes Kreativitas sebagai Prediktor Prestasi Kreatif Remaja
  4. Masa kritis
  5. Humor
  6. Ciri-ciri menonjol lainnya
  7. Perumahan
  8. Pengakuan dan Penguatan pada Usia Dini
  9. Gaya hidup Orangtua
  10. Trauma
  11. Dampak dari sekolah
  12. Bekerja keras
  13. Dominasi Lateral
  14. Perbedaan jenis kelamin
  15. Penilaian orang tua mengenai kreativitas anak
  16. Jumlah koleksi

Disebutkan Decay bahwa keluarga yang kreatif lebih sering pindah rumah dan pentaan rumahnya pun berbeda dari rumah pada umumnya. Keluarga saya memang sudah beberapa kali berpindah rumah. Bukan karena keinginan kami memang tetapi karena ornagtua saya yang memang berpindah-pindah kerjanya. Dan mengenai penataan rumah, sering berganti-ganti. Bapak saya sering menukar dekorasi rumah sepertinya agar ada variasi atau mata tidak bosan melihat penataan rumah. Bahkan penataan perapotan lain pun juga berpengaruh kepada saya pribadi.

Disebutkan lagi bahwa keluarga kreatif adalah kelaurga yang menemukenali tanda-tanda kekreatifan anak sudah pada usia dini,dan mereka mendorong dan memberi banyak kesempatan untuk mengembangkan bakat anak. Banyak dari orang tua keluarga kreatif mempunyai hobi yang dikembangkan di samping karir mereka. Orang tua dan anak dari keluarga kreatif sama-sama berpendapat bahwa peranan sekolah tidak penting dalam pengembnagan kreativitas anak. Orang tua saya adalah orang tua yang sangat mendukung saya dalam pengembangan bakat dan selalu memberikan saya kesempatan. Sewaktu SD, orang tua saya mungkin melihat adanya potensi menggambar di diri saya. Lalu orangtua saya mendaftarkan saya ke sebuah perlombaan melukis dan mereka melatih saya. Dan pada waktu itu saya mendapatkan juara dan berkesempatan untuk mewakili kota Tarutung mengikuti perlombaan melukis di Danau Toba, Parapat. Walaupun pada perlombaan itu saya kalah, tetapi saya mulai memiliki kepercayaan diri di sekolah karena memang saya kurang bisa diapresiasi dalam hal akademik. Lalu di tahun berikutnya saya diikutkan lagi dalam lomba melukis dan juga bernyanyi. Orangtua saya tau kalau saya gemar bernyanyi. Saya les melukis dan saya juga les bernyanyi. Pada waktu perlombaan melukis, saya mengerjakan sesuai dengan apa yang sudah saya latih namun berbeda dengan lomba menyanyi, saya hanya bisa menyanyikan lagu Di Doa Ibuku sangat sedikit “ Diwaktuku masih kecil, gembira dan senang........” lalu saya terdiam sampai alunan musik habis karena saking gugupnya saya diatas panggung. Pada hasilnya, saya kalah dikedua perlombaan itu. Namun, dari kedua bakat yang saya miliki ini saya ternyata lebih memilih untuk lebih mahir dalam hal menyanyi. Orang tua saya juga mendukung itu. Tapi ternyata karena saya tidak pernah melatih bakta menggambar saya lagi, bakat itu memamng hilang. Saya tidak pandai lagi menggambar sekarang. Tetapi kalau menyanyi, saya sangat nyaman dengan hobi ini. Da orang tua saya jugasering menyediakan ‘lapangan’ dalam mengembangkan bakat ini. Sekarang, saya sudah berani tampil bila saya diminta menyanyi. Saya juga gemar menulis, ketika mama saya tau dia sangat mendukung saya karena mama saya juga suka menulis. Mama dulu sering menulis artikel ketika dia masih anak gadis. Semakin lama, semakin saya dewasa, saya banyak mencoba dan potensi di dalam diri saya juga semakin saya kenali. Ternyata saya juga bisa menjadi seorang MC. Saya akui memang, ketika kita mau mencoba hal-hal baru dan ketika ada ‘lapangan’ untuk hal baru itu, disanalah akan teras kreativitas. Walaupun selama ini saya merasa kurang kreatif dalam hal kerajinan tangan, tetapi saya yakin saya kreativ dalam hal yang lain.

Peran orangtua memang sangat penting dalam pembentuka kreativitas anak.