Nama anggota :
Netova Sibuea
Hagar Larencia
Nirmay Afni
Hillary Pakpahan
Netova Sibuea
Hagar Larencia
Nirmay Afni
Hillary Pakpahan
PSYLAMPTIVE
Saat ini tidak jarang lagi kalau di kota Medan terjadi pemadaman listrik.
Dalam pembuatan produk ini ( Emergency lamp with Batt), kami terinspirasi dari
teman kami. Dia adalah seorang anak kost dimana peraturan di kost mereka, tidak
diperbolehkan menyalakan lilin apabila listrik padam, karena ibu kostnya takut
kebakaran. Padahal, teman kami takut dengan kegelapan pada saat ingin tidur.
Maka, untuk menghilangkan rasa takutnya dia hanya ditemani oleh lampu dari
handphonenya. Padahal, lampu handphone itu tidak bisa hidup lama.
Kasus teman kami di atas sesuai dengan teori Problem Based Learning, dimana
Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan masalah
untuk memicu pembelajaran, sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru (Tim PDPT UI, 2005; Widjayakusumah, 2005).
Dari kasus teman kami di atas, kami mencoba mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berupa hal – hal apa yang harus kami lakukan
untuk menciptakan hasil kreativitas dalam membantu teman kami tersebut. Kami
mencoba untuk melakukan proses kreativitas berdasarkan teori Wallas ( Munandar,
hal 39 ) dimana prosesnya berupa persiapan, inkubasi, iluminasi, verifikasi.
Awalnya kami melakukan persiapan,
kemudian kami melakukan tahapan inkubasi, kami mencoba mengalihkan masalah yang
ada dengan melakukan aktivitas yang lain ( main fb, makan, dll ), dari
peralihan itu kemudian kami mendapatkan sebuah “Insight ” yaitu berupa konsep – konsep sehingga muncullah ide
untuk membuatEmergency Lamp With Batt dengan
nama Psylamptiv dan tahap akhir adalah Verifikasi yaitu kami menguji ide – ide
yang kami dapatkan apakah ide kami itu dapat dibuat menjadi sebuah objek yang
dapat dilihat dan dirasakan manfaatnya secara realita.
Sesuai dengan teori yang
disampaikan Selo Soemardjan dimana kemampuan kreativitas individu adalah suatu
hal yang tidak bisa lepas dari pengaruh masyarakat yang mengelilinginya. Nah,
disini kita bisa melihat ibu kost teman kami yang tidak memberikan izin
menyalakan lilin ketika listrik padam adalah peran masyarakat yang secara tidak
langsung ibu kost teman kami sudah memberikan insight kepada kami untuk membuat
Emergency Lamp With Batt ini.
Dari penjelasan kami diatas,
kami telah melakukan dua dari pendekatan 4P yaitu person dan press.
Person dalam hal ini adalah
ketika kami dalam kelompok memang memiliki keinginan tersendiri untuk menolong
teman kami dan kami yakin kami mampu untuk membuat Emergency Lamp With Batt tersebut. Yang menjadi pressnya adalah
dosen pengampu yang memberikan tugas ini kepada kami. Yang menjadi prosesnya
dapat dilihat sebagai berikut :
Emergency Lamp With Batt ini kami buat dengan menggunakan energi
baterai agar tidak perlu menggunakan listrik. Lampu ini terbuat dari
kawat-kawat yang dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan yang diharapkan.
Kelompok kami membuatnya dalam bentuk tabung. Kemudian setelah kawat dibentuk
tabung, kami melapisi atau menutupinya dengan fiber. Setelah itu, kepala sendok
akan ditempel di sekeliling fiber dengan beberapa celah disekitarnya (tidak
tertutup semua ). Lampu ini dihiasi dengan kepala sendok karena akan membuatnya
menjadi unik dan berbeda dengan lampu lainnya. Kemudia bohlamnya akan
diletakkan di dalam atau tepat di tengah kawat-kawat tersebut. Lampu ini pun
dapat dibuat sendiri karena cara pengerjaannya yang relatif mudah. Alat dan
bahannya pun mudah didapatkan.
Dalam mempresentasikan produk
ini, kami menggunakan konsep talkshow dan gambaran pembuatan produk ini akan
ditampilkan dalam sebuah slide video yang diiringi lagu yang dinyanyikan sendiri
oleh kelompok kami. Lagu yang digunakan adalah “Aku Pasti Bisa” by Citra
Scholastika.
Alat dan Bahan
Kawat Tipis dan kawat tebal
Lem tembak
Tang
Bohlam ( bebas warna )
Lakban
Fiber
Baterai
Kabel
Rumah baterai
Piloks ( bebas warna )
Sendok Plastik
Dan yang menjadi
Produknya adalah ....................................... ( to be continued