Saya
akan kembali memaparkan pengalaman saya dalam membuat explosion box yang
merupakan tantangan dari Ibu dosen pengampu Kreativitas. Saya akan
menjelaskannya sesuai dengan teori 4P yang sudah saya pahami.
(Person)
Saya adalah seorang yang memang menyukai hal yang baru namun saya bukan orang
yang ahli dalam mmbuat kerajinan tangan. Ketika Dosen pengampu bertanya siapa
yang mau mengerjakan explosion box seperti yang sudah dikerjakan oleh Kak Mia,
dkk karena memang saya merasa tertantang saya pun mengajukan diri. Dari awal
saya sudah mengakui kalau saya lebih memilih tidak membuat hasil karya seperti
itu karena memang sepenglihatan saya, karya itu sangat ribet. Namun, karena
saya memiliki press awal untuk nilai, saya mau mengerjakan explosion box itu.
Press yang saya rasakan sebenarnya banyak selama pengerjaannya. Bagi saya,
bukan hanya nilai yang menjadi press, namun juga beban saya untuk menjadikan
hasil karya itu sebaik mungkin dan juga waktu yang memang sudah ditentukan. Awalnya
saya terkendala di proses, dimana saya kurang mengerti bagaimana cara pembuatan
explosion box. Namun saya pun bertanya epada teman saya yang juga pernah
membuatnya. Pada hari Kak Mia, dkk membuatnya saya memang sudah memperhatikan
namun saya masih kurang paham lebih detailnya cara pembuatan explosion box.
Awalnya saya menentukan tema apa yang akan saya buat di dlaam explosion box
itu. Saya pun berpikir untuk membuat tema keluarga, keluarga besar. Keluarga dari
Bapak dan Mama saya. Namun, karena memang keluarga saya sangat banyak saya pun
lebih memilih untuk membuat keluarga inti saja. Ada Bapak, Mama, adik saya Ayu
dan Dipa. Dan untuk lebih memeriahkan explosion box itu, saya memilih tema
Natal yang memang akan berlangsung dalam bulan ini. Saya memang benar-benar
ingin menunjukkan bagaimana saya menginginkan kehangatan keluarga dalam Natal.
Bukan hanya untuk Natal ini, namun juga setiap Natal. Dalam keluarga inti ini,kami
memang sudah mempunyai banyak sekali cerita. Mulai dari saya anak pertama
lahir, sampai adik saya yang ketiga lahir, banyak yang sudah dilalui bersama. Suka
dan suka datang bergantian. Saya sendiri sebagai anak pertama, mendapat banyak
pelajaran dan arti dari keluarga. Seperti halnya sudah saya paparkan di puisi
saya, mengenai Bapak saya. Bapak saya memang tegas dan sangat disiplin, namun
tidak dapat di pungkiri bahwa Bapak kami adalah sosok yang memang pantas untuk
menjadi teladan dan diidolakan. Kami memiliki seorang Ibu yang lembut dan
sabar. Walaupun cerewet dan sering kesusahan menghadapi 3 anak perempuannya
yang nakal, namun tidak pernah putus kasih sayangnya. Saya juga punya 2 orang
adik perempuan yang sangat saya sayang, kami sering bertengkar. Namun namanya
saudara kandung, terlihat sangat sering berantam tapi sebenarnya di dalam hati
snagat saling sayang. Saya sangat ingin menjaga kedua adik saya ini. Kami
bertiga harus bisa bertumbuh menjadi wanita yang dewasa, sukses, dan takut akan
Tuhan. Bisa menjadi kebanggan buat kedua orang tua kami. Dalam explosion box
ini, saya sangat ingin menunjukkan bagaimana kehangatan keluarga kami. Selama pengerjaanya,
saya dibantu oleh teman dan kedua adik saya (satu adik sepupu). Dan hasilnya,
cukup memuaskan buat saya karena memang saya pun mengerjakannya dengan
sukacita. Setelah selesai, saya menangkap bahwa bukan hasilnya yang perlu namun
proses. Selama pengerjaan saya belajar banyak hal, salah satunya, mulailah
mengerjakan sesuatu dengan optimis bukan pesimis. Setiap orang pasti memiliki
kemampuan dalam mengerjakan suatu hal. Tinggal kita mau atau tidak
mengerjakannya sebaik yang kita bisa. Hasil karya saya mungkin belum terlalu
baik, namun saya sudah cukup bisa meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya bisa
menyelesaikan suatu hal baru yang belum pernah saya coba.